Senin, 08 Agustus 2011

My first Teaching


Selasa, 2 Agustus 2011 ..

Hari ini adalah hari pertama kali aku merasakan yang namanya mengajar. Benar-benar mengajar. Dan bukan main-main, lawan mainku adalah anak-anak SD yang masi polos-polos dan penuh keceriaan, terutama kelas 3 dan 4 SD.
SUBHANALLAH ..

Wahai Allah ..

Tak ku sangka seberat ini menyampaikan sebuah materi kepada anak-anak kecil tanpa dosa itu. Dari rumah aku sudah semangat sekali mau menyampaikan ringkasan materi, yang juga sudah aku siapkan matang-matang dalam bentuk print out. Sampai disana ....beuuuuuh .. Bersiap-siaplah dengan tantangan barumu itu! Ucapku dalam hati.

Sesampainya disana, aku duduk berkumpul dengan pengajar-pengajar lain yang hampir seluruhnya berusia lebih dari 30 tahun. Hanya 1 pangajar yang usianya setara dengan aku, namanya Kak Mela, usianya tak jauh beda dengan aku, sekitar 19 tahun juga. Dengan sabar dan masih penuh semangat, aku menunggu pak ustad memberi pengarahan kepada murid-murid pesantren kilat Assalam itu. Pesantren Kilat Assalam, ya itulah nama pesantren kilat dimana aku di amanahkan oleh seorang kawan ibuku untuk membagi ilmu yang aku punya.

“Untuk kelas 3 dan 4, nanti tempatnya disebelah sini #menunjuk ke tengah masjid#...” terang sang ustad.

Nah itu nanti tempatku mengajar.hehe

Langsung saja, setelah para murid dipersilakan menempati tempat belajarnya masing-masing, aku langsung mengambil daftar absensi murid-muridku dan menuju tempat ‘perdana’ ku itu. Ada mungkin sekitar 20 anak yang menjadi kelinci percobaanku itu. Laki perempuan, jumlahnya hampir seimbang.
Yang pertama kali aku lakukan saat itu adalah mengisi daftar absensi dengan memanggil satu per satu anak.

“Niza Rubiyanti ....”
“Ada mbaaaaaaak.”
“Disty Aldila......”
“Ada mbak”
“Taufik Kamali ......”
“Lhoh, mana yang namanya Taufik Kamali??” aku tengak-tengok kanan kiri tidak ada yang merespon.
“Taufik Kamali .......”
“Nggak ada mbaaaaaaaaaaaaaak,” jawab salah satu anak.
“Hey, itu yang cowok ayo masuk sini, duduk yang rapi. Ini lagi diabsensi, nanti kalo nggak denger loh..... ayo dek, sini, nanti nggak ngerti materi yang kakak sampein loh ..blablablaaaaa ..”

Perintah pertama . NIHIL .

Beberapa anak, bahkan hampir semua muridku yang laki-laki pada kabur ntah kemana. Pada lari sana-sini, kejar-kejaran, ketawa-ketiwi .....ramaaaaaaaaaaaaaaaaaai sekali .huft

“Yasudahlah, saya lanjutin lagi absensinya. Ummah Salamah??”
“Nggak adaaaaa mbak”
“Rafli Adi ...?”
“RAFLI ADIIIII ...Itu loh mbak, ada mbak .... Rafli, dipanggil mbak e nih loh ....” teriak salah seorang muridku yang perempuan.
“Rafli Adi?” tanyaku pada seorang laki-laki kecil yang sangat tanpa dosa.
“Iya mbak” jawabnya. Langsung aku beri centang di daftar absensi itu.

Begitu seterusnya sampai nama anak-anak yang di daftar absensi habis.

Tak bisa kubayangkan, mengabsen anak-anak saja ternyata juga butuh kesabaran yang tinggi.

##

Aku sedikit putus asa.
Aku biarkan saja anak-anak yang memang niatnya hanya bermain dan bermain itu. Terseraaaaaaah mereka mau apa, yang penting  paling nggak nih masih ada murid yang mau mendengarkan materi dariku.

Kumulai ceramahku dengan basmalah, dan salam. Kurasa hanya beberapa yang menjawab salamku. Yaaa sudahlah, namanya juga anak-anak, maunya ya mau mereka.. Saat itu judul materi yang pertama aku sampaikan adalah tentang Fiqih puasa.  

Rencananya, aku mau kasi tebak-tebak seru buat adek-adekku itu, tebak-tebakkan yang menyangkut tentang puasa pastinya. Biar mereka semangat ndengerin celotehanku nantinya. Trus aku juga mau kasi mereka sedikit kisah dan penalaran dari beberapa hadist..

Itu rencananya ..

Kenyataanyaa lain! Sangat bertolak belakang!
Yang ada, disana aku cuma seperti mendiktekan mereka untuk menulis sesuatu, yaaa...sesuatu yang seharusnya aku jelaskan pada mereka, tapi malah menjadi bahan dikte an ku untuk  mereka catat. Ya Allah .......cobaan macam apaaa ini
Sabaaaar sabaaaar .namanya juga guru baru. Masih perdana. Belum banyak pengalaman..
Sabaaaaar manda itu baru permulaan, itu belum mencapai klimaks nya..
Dan benar saja, beberapa menit kemudian, disaat aku tengah mendiktekan anak-anak dan murid-muridkupun juga sedang asyik menulis, eeeee...ada seorang perempuan yang tiba-tiba menagis. Ehh ..ditambah lagi dia dipukul oleh seorang anak kecil  yang sepertinya masi TK. ALAMAAAAAAAAAKKKK ..MACAM MANA LAGI INI COBAANNYAAAAA
“Kenapa sayang? Uda donk, jangan nangis, malu tuh diliat temen-temennya.. Kan kesini niatnya belajar taa, kok tadi kamu malah main ..Ayo, uda donk, senyum, cup cup cup ......”

NIHIL

Hiks

Sang anak kecil TK tadi pun ketakutan setelah aku menanyainya apa yang telah dia lakukan pada perempuan tadi. Dia semakin takut. Hampir menangis. Aku bingung. Dia semakin menjadi-jadi. Cocardnya yang dari mika keras dimasukkannya kedalam mulut, digigit sekuat-kuatnya, seolah dapat menghilangkan ketakutannya. Jangan adekku sayang ...nanti kalo penitinya ikut kemakan gimana ..huhuhu .ibuuuuuk  ..tolong
Tak tau lagi apa yang harus aku lakukan, aku menyerah. Hanya satu pesan kusampaikan pada si perempuan, “Dek, ayo senyum donk, malu ah dilihat sama temen-temennya kalo nangis aja..”. udah. Setelah itu aku tinggal dia, aku melanjutkan ‘ceramah’ku yang sempat tertunda.

##

Satu jam berlalu..

Semakin lama aku berada di masjid itu, semakin ramai saja. Bukan ramai karena banyak jemaah yang hendak beribadah, tapi ramai karena tingkah laku anak-anak TK dan SD yang semakin menjadi-jadi. Mungkin hanya Ustad Kamal #ustad yang tadi memberi pengarahan di awal acara# yang bisa sedikit meredam kericuhan yang semakin membabi buta. Cukup dengan, “Ayo adek-adek, berkumpul melingkar di pinggir masjid, kita akan segera menunggu bedug maghrib.....” bubar semua anak-anak dari tempat perkumpulan belajarnya dan menyebar mencari tempat ternyaman untuk menanti berbuka puasa #walopun entahlah mereka puasa ato tidak ~~

Aku pasrah ya Allah...

Aku pasrah.
Materiku belum selesaaaaaaai tapi anak-anak didikku uda pada kabuuuur smuaaaaa
Huuuuuuuuuuuuft .

Tenang Manda. Tenang.

Enggak cuma kamu yang ditinggal pergi anak-anak didiknya. Smua pengajar lain juga merasakan hal yang sama! Hahahhhaaa ...alhamdulillah. Anak-anak kecil itu tidak pilihkasih terhadap siapa yang ‘disiksa’ nya .hahahhahaa

Sudaaaah sudaaaaah. Selesai sudah mengajar perdanaku ini. Hancur! parah! Tapi tetep, alhamdulillah, aku masih diberi kesabaran sama Allah untuk tidak marah-marah bahkan membentak anak-anak didikku. Setidaknya hari ini aku benar-benar dapat menyadari bahwa sebenarnya mengajar itu tidak mudah. Apalagi mengajar anak-anak usia dini. Sangat butuh kesabaran dan ketegasan sedikit untuk memberi peringatan akan kenakalan wajar mereka.

Yaaaaah, namanya anak-anak. Mau diapa-apain juga tetep aja masih anak-anak, pikirannya masih ingin main terus, masih ingin bebas, tidak mau terkekang dan masih sangat bereksplorasi.

Sekian cerita ‘pahit tapi sangat berkesan’ saya di hari pertama mengajar ini.

Semoga dapat memberi manfaat, setidaknya dapat menghibur