Jumat, 06 Januari 2012

Jadi aktivis kampus? Hmmmm

Aku berencana untuk tidak menjadi seorang politikus kampus. Aku hanya berencana untuk menjadi mahasiswa yang selain pandai dalam akademik, dapet IPK lebih dari 3,5, dan juga berencana untuk jadi mahasiswa dengan segudang prestasi di organisasi kampus.

Hanya itu.

Rasanya tak lebih.

Tapi aku ragu. Apa bisa ya keinginanku untuk jadi aktivis kampus tidak butuh berkecimpung dalam politiknya? Rasanya kok mustahil. Hmmm

Memang, aku sadar, politik kampus itu adalah miniatur dari politik sebuah negara. Kampus, yang notabene adalah sarangnya generasi penerus bangsa, yang sifatnya adalah sebagai penjembatan antara rakyat dengan pemerintah kini juga menjadi sarang untuk pandai-pandaian berpolitik. Siapa yang paling pandai bicara, paling kuat dalam jumlah massanya, dan yang paling sering terdengar namanya, dialah yang akan menang dalam kompetisi berpolitik. Yang biasa-biasa saja, namun sebenarnya potensinya tak kalah jauh dengan dia yang pandai bicara, mungkin hanya akan bertekuk lutut pasrah menerima nasibnya.

Hmmm ...politik ...politik ...


Pusing rasanya jika memikirkan hal satu itu.
Padahal nih ya, sebenernya, dalam kehidupan kita sehari-hari aja, kita udah pasti melakukan politik. Itu pasti! Contoh aja ya, misalnya akan ada pemilihan ketua kelas atau komting, siapa yang paling sering disebut-sebut namanya, paling eksis, suatu saat nanti dialah yang akan dipilih. Yang mungkin masih agak pemalu, masih agak minder, atau mungkin sama sekali belum pernah berkesempatan memimpin, bagai debu yang ditiup angin saja. Berlalu tanpa dilirik sedikitpun.

Hahahaa ..yaaa begitulah politik.

Sering aku berpikir, aku bukanlah seorang makhluk dengan mulut yang pandai dalam merangkai kata-kata, otakku pun tak secerdas Einsten, mataku pun tak sejeli Effendi Gazali dalam emihat sesuatu serta mengkritisinya. Aku biasa aja. Malu, ya pasti pemalu. Diam, yaaaaa...kalo engga ada yang ngajak ngobrol ya diem, engga bisa bikin heboh suasana. Oh, tunggu, apa mungkin ramah atau baik hati atau bahkan dermawan? Ooooo...rasanya aku bukanlah makhluk sejenis sahabat Rasulullah yang sifatnya sangat patut untuk dicontoh itu (aku tidak memberi contoh langsung menuju Rasulullah karna membandingkan dengan sahabatnya aja sama sekali nggak pantes, apalagi membandingkan dengan Rasul. Hahahaa..berkaca dulu)

Trus gimana donk?

Aku harus ngapain?

Harus pasrah gitu aja nerima nasib dan ketetapan Allah yang dikasih dari aku lahir itu?

Harusnya engga.

Kudu keluar dari zona nyaman.
Bikin gebrakan yang beda.

Aaaaaaaaaaaaaa....
Udah.

Sebenernya inilah yang bikin aku jadi ragu dengan kemampuanku sendiri. Dan juga bikin nile plus buat sikon galau ku ini.

Kemaren tanggal 3 Januari 2012, aku nekat ikut seleksi BEM KM. Hhahaa...itung-itung buat pengalaman tes organisasi di UNNES. Hehe
Selesei seleksi, aku galau! B.e.t.e nunggu kepastian kapan pengumuman hasil seleksi.

Disisi lain aku pengen banget lolos, pengen menggali sebanyak mungkin pengalaman di BEM KM. Tapi disisi lain, aku takut. Aku takut nanti cuma jadi ombak yang hanya menggelombang kesana kemari hanya karna tekanan dari dalam laut. Aku takut cuma jadi aliran air, bukan arusnya.

hmmm... hanya bisa berdoa buat hasil yang terbaik nantinya.

Yang terbaik buat aku, ibukku, bapakku, dan masa depanku